Loading...

Emak-Bapak, Persib Juara Deui!

foto Ig Nick Kuipers

KUNINGAN (OKE)- Begitu pluit panjang dibunyikan wasit di laga Grand Final Championship Series BRI Liga 1 2023/2024  Madura United Vs Persib yang digelar di Stadion Bangkalan Madura, Jumat (31/5/2024) malam. Saya langsung spontan berucap "Emak-Bapak Persib juara deui"

Ya, karena kedua orang tua saya yang sudah almarhum adalah pencinta berat Persib. Dulu pada final Perserikatan 1989/1990 yang digelar di Senayan (SUGBK) almarhum  menyaksikan langsung laga Persib Vs Persebaya yang berkesudahan 2-0.

Saya yang kala itu masih duduk dibangku kelas 4 SD mendengarkan cerita dari bapak dan kakak bagaimana serunya laga final. Sebagai oleh-oleh diberikan ikat kepala kain putih dengan tulisan Bravo Persib.

Kala itu memang nama Persib begitu melekat dibenak-benak anak muda urang Sunda. Termasuk saya yang kala itu ingin menjadi pemain Persib.

Pasca Persib juara memang bapak tidak pernah menonton lagi karena memang jarak dari Kabupaten Garut atau tepat di Desa Banjarwangi ke Bandung sangat jauh. Namun, dari sejak itu bapak mewariskan kecintaan kepada tim pangeran biru.

Bagi urang Sunda Persib bukan hanya sebuah  tim tapi lebih dari itu. Persib adalah indentitas urang Sunda, sehingga ada darah biru mengalir di setiap suku Sunda, maka dimanapun mereka berada tidak akan pernah berpaling mendukung.

Pada 1994 ketika Persib juara lagi, bapak ikut menyaksikan meski hanya di televisi. Kala itu bapak mulai sering sakit-sakitan. 

Untuk  titel juara 2014 dan 2024 bapak  tidak bisa menyaksikan karena  orang yang saya cintai itu  sudah meninggal (2001). Namun,  untuk Emak (Ibu) masih bisa menyaksikan Persib juara tahun 2014.

Sayangnya untuk tahun 2024 Emak juga tidak bisa melihat,  karena meninggal pada tahun 2022 oleh ganasnya virus Covid.

Emak meninggal diusia 78 tahun (alfatihah untuk kedua orang tua saya), Sehingga mengetahui Persib bisa juara sebanyak 7 kali.

Sebagai urang Sunda mencintai Persib adalah keharusan. Dan saya sebagai pewarisnya akan terus menjadi Bobotoh selamanya. Meski tidak harus menonton langsung ke stadion.

Kembali ke keinginan saya ingin menjadi pemain Persib didukung oleh orang tua. Sebagai bukti pada tahun 95 ketika kelas 1 SMA/SLTA saya masuk ke SSB Propelat yang sekarang menjadi Fatto FC.

Saya anak kampung dari Garut terpaksa meninggalkan kota kelahiran  demi menggapai  cita-cita. Dengan bekal kemampuan sepakbola di kampung cukup bagus dan juga di sekolah SMP, saya penuh percaya diri menimpa ilmu.

Ternyata impian menjadi pemain bola profesional cukup sulit karena  ternyata di Bandung sendiri banyak talenta muda yang sangat berbakat. Jangankan masuk ke Persib di Propelat saja hanya cadangan.

Mimpi menjadi pemain Persib pun saya kubur dalam-dalam karena memang selain skill pas-pasan juga karena fisik saya lemah pasca kenal liver pada saat SD. 

Akibat penyakit itu fisik saya tidak pernah mencapai level tertinggi. Meski begitu saya tidak kecewa karena sudah mencoba.

Masih tersimpan dalam benak saya ketika Persib juara pada musim 94/95 atau Liga Indonesia edisi perdana. Kala itu pemain Persib diarak keliling kota Bandung.

Saat itu dengan bangganya saya berteriak "Hidup Persib" di depan sekolah saya yang terletak di belakang SPBU Cikadut Kota Bandung.

Pada saat menyalami pemain dan juga para suporter yang ikut merayakan atau konvoi, ternyata jam tangan saya raib diembat oleh yang ikut parade. Meski sedikit dongkol tapi mau apalagi lagi karena memang saya ceroboh.

Selain kehilangan jam tangah  pada saat konvoi, ada juga pengalaman menarik lainya yakni naik tiang bendera karena ingin menonton Persib melawan Verdy Kawasaki di Liga Champion Asia. 

Kronologisnya adalah Persib sebagai jawara di Indonesia menjadi wakil Indonesia di Piala Champions. Kala itu Persib ditunjuk sebagai tuan rumah dengan format home turnamen.

Pada laga awal Persib melawan Verdy Kawasaki di Stadion Siliwangi. Meski bermain gemilang Maung Bandung kalah 2-3.

Insiden yang terjadi pas pada ulang tahun saya itu adalah ketika saya terpaksa naik tiang bendera di pintu masuk sebelah timur (papan skor) setelah dikejar oleh petugas keamanan.

Kejadian bermula saya ingin masuk menonton, tapi karena tiket sulit didapat akhirnya solusinya adalah nyogok penjaga.

Setelah sekian lama mencari ternyata situasi tidak aman karena penjagaan ketat. Bobotoh yang datang semakin banyak dan merangsek ingin masuk tapi dihadang oleh petugas. Hal ini membuat petugas keamanan  menghalau para bobotoh.

Saat itu posisi saya dekat tiang bendera atau di tengahnya. petugas dari kanan kiri menyerbu' dengan membawa pentungan. 

Kalau saya lari ke kanan pasti kena pukul. Begitu juga ketika ke kiri. Entah dari pada datangnya ide, karena panik takut dipukul saya ujug-ujug nerekel naik ke tiang bendera.

Pas sampai ujung tiang  bendera itu pas dekat tribun timur. Seperti sudah paham saya butuh bantuan, Bobotoh yang diatas langsung menarik saya dan saya pun bisa menyaksikan laga Persib dengan Verdy Kawasaki.

Meski di laga perdana itu Persib kalah 2-3 tapi setidaknya bisa menyaksikan langsung tim kesayangan berlaga. 

Usai laga saya baru sadar atuh ngeuh, ternyata ada pager runcing di depan tiang bendera. Saya berpikir andai pas naik terjatuh tentu sudah tinggal nama saja.

Itulah kenangan saya mendukung Persib. Dilaga Resmi terakhir kali saya nonton di stadion adalah ketika Persib Vs Persija skor akhir 1-1 pada tanggal 22 Mei 2005. Laga berkesudahan 1-1. 

Gol yang dicetak oleh Boy Jati Asmara pada babak pertama harus sirna usai tendangan bebas Ismed di penghujung laga merobek gawang Maung Bandung.Semua kecewa karena kemenangan didepan mata sirna.

Kala itu Persib sulit menang dan tiga laga sebelumnya Persib selalu kalah. Momen menonton di VIP karena dapat tiket gratis  dari kakak menjadi momen terakhir. 

Bukan tidak  punya uang untuk menyeksikan langsung, tapi masalah pekerjaan dan keluarga yang tidak bisa ditinggal l, sehingga selalu menjadi Bonjovi (Bobotoh Lalajo Dina TV).

Kendati gagal menjadi pemain Persib, tapi setidaknya saya masih tetap menjadi bobotoh dan yang pasti bisa memberitakan klub kebanggaan urang Sunda. Selamat Sib, juara deui.

Selama 45 tahun saya bisa menyaksikan klub kebanggaan mengangkat tropi dan juga merasa suka duka ketika terpuruk. Ibarat cinta sejati, meski Persib mengecewakan karena tampil buruk, saya tidak pernah berpaling.***

Penulis : AMS 

Warga asli Garut yang ingin menjadi pemain Persib, tapi tidak tercapai justru menjadi wartawan di kota   Kuningan. 

Posting Komentar untuk "Emak-Bapak, Persib Juara Deui!"