Selain itu juga ada luka lecet dibagian pipi, ada juga luka dibagian lengan. Namun, dari hasil pemeriksaan dokter forensik, itu luka itu bukan penyebab kematian.
"Kami tanyakan ke dokter apakah ada luka memar di wajah, kaki, kepala dan badan. Dikatakan dokter tidak ada. Dengan begini maka almarhum meninggal bukan karena dianiaya," kapolres kepada wartawan Jumat (7/3/2025).
Warga Kuningan Kena Prank, Perang Sarung Hanya Konten
Mungkin kata Willy, korban ini pada saat melarikan diri terjatuh, sehingga langsung meninggal dunia, karena hasil otopsi luka-luka yang ada di dahi bukan menyebabkan kematian.
Pada kesempatan itu, pihaknya menyebutkan, mengamankan 20 pelajar. Siswa yang diamankan rata-rata kelas 2 SMP, usainya antara 14-16 tahun. "Kami dalam menangani kasus ini hati-hati karena mereka semua dibawah umur," jelas Kapolres.
Pihaknya juga mengamankan alat bukti berupa HP, beberapa sarung yang digunakan sebagai alat untuk perang. Di dalam sarung itu tidak ditemukan batu alias sarung murni.
Meski sudah memeriksa 20 pelajar dalam kasus ini pihaknya belum menetapkan tersangka karena harus hati. Polres Kuningan akan mendalami kasus ini dengan melibatkan KPAID dan pihak lain.
Willy membenarkan sebelum korban ditemukan meninggal memang terjadi perang sarung, antara anak-anak RT 01 dan pemuda 09. Setelah melakukan perang sarung, dimana pihak yang kalah ini melarikan diri, karena kalah jumlah.
Setelah itu mereka yang kalah mencari salah satu temannya yang hilang dan ditemukan dalam keadaan meninggal di area pemakaman. Pasca kejadian ini jenazah dibongkar untuk dilakukan otopsi.
Willy menyebutkan Sabtu pihaknya akan bersinergi dengan KPAID Cirebon untuk asistensi kepada anak-anak dibawah umur ini.
Sementara itu, terlepas dari hasil otopsi seperti itu namun yang pasti Sajum (55) Paman dari Muhammad Hilman Herdiana (14) mengungkapkan, perang sarung antar remaja di Kabupaten Kuningan sudah menjadi tradisi yang sulit dihilangkan.
"Waktu dulu mah ujung sarung hanya diikat sekarang ditambah batu sehingga membuat korbannya banyak terluka. Dan sekarang mah mereka kalau mau tawuran janjian di medsos dan bukan hanya dari Kuningan dari luar juga ada," ujarnya Sajum kepada kuninganoke.com, Kamis sore usai pembongkaran makam keponakannya untuk diotopsi.
Mau Perang Sarung, 12 Orang Diamankan di Polsek, Sisanya Kabur
Ia menyebutkan, korban diduga kuat menjadi korban perang sarung dan memang setiap ramadhan sudah menjadi hal lumrah. Apalagi bagi remaja yang mencari identitas.
"Kalau ponakan saya kemungkinan masih sesama temannya. Memang punya riwayat epilepsi tapi sudah lama tidak kambuh. Kalau ini mah kan banyak ditemukan luka di badannya terutama dibagian atas. Kalau orang meninggal kan pucat kulitnya, ini mah biru-biru," sebutnya.
Ia berharap kasus ini segera terungkap meski pelakunya anak kecil. Dan ada efek jera sehingga tidak ada lagi perang sarung yang dilakukan setiap ramadhan tiba di Kabupaten Kuningan.
Sementara itu, Setelah pihak keluarga sempat menolak diotopsi dan langsung memakamkan jenazah Muhammad Hilman Herdiana (14) , ternyata pihak kepolisian melakukan pembongkaran makam pada Kamis (6/3/2025) siang.
Viral! Ada Perang Sarung di Kuningan
Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian korban. Sebab, dengan cara otopsi akan diketahui dengan jelas faktor penyebab korban meregang nyawa.
Proses pembongkaran makam berlangsung dari pukul 14.00 WIB dan kelar pukul 16.30 WIB. Setelah beres, jenazah dibawa langsung ke RS Bhayangkara TK III Indramayu yang terletak di Kecamatan Losarang.
"Saya ikut membongkar makam karena yang meninggal adalah ponakan saya. Bapaknya bernama Puhun dan ibunya sudah meninggal, korban anak bungsu," ujar Sajum paman korban kepada kuninganoke, usai pembongkaran makam, Senin sore.
Sajum mengaku, pihak keluarga menolak otopsi karena tidak punya uang, terlebih dengan suasana duka sehingga awalnya mengikhlaskan apa yang terjadi. Namun, setelah ada permintaan dari pihak kepolisian pihak keluarga mengizinkan.
"Kan kalau oleh pihak kepolisian mah kita tidak perlu mengeluarkan uang. Dari informasi jenazah akan dikembalikan Jumat pukul 04.00 shubuh," sebutnya.
Sementara itu, wartawan yang meliput belum mendapatkan informasi lengkap dari pihak kepolisian, selain keterangan dari pihak polsek yang menyebutkan, kasus ini dalam penyelidikan.
Wartawan Pokja Polres sendiri banyak yang berada di Polres Kuningan karena ada beberapa saksi yang diduga dimintai keterangan terutama teman korban yang selama ini kerap bersama-sama membangunkan sahur.
Kuninganoke.com, sendiri mendapatkan kabar bahwa Muhammad Hilman Herdiana (14) siswa kelas 8 SMPN 1 Cigugur adalah korban perang sarung. Dan Hal ini tidak ditampik oleh paman korban.
Seperti diberitakan sebelumnya, duka bukan hanya menyelimuti orang tua Muhammad Hilman Herdiana (14) warga Lingkungan Cikedung RT 09/03 Kelurahan Cirendang Kecamatan Kuningan yang menemukan anaknya yang sudah tidak bernyawa di area pemakaman Caringin Kurung Kelurahan Cirendang Kamis (6/3/2025) dini hari pukul 03.00 WIB, tapi juga pihak SMPN 1 Cigugur tempat korban menuntut ilmu.
Insiden penemuan mayat di area makam menggegerkan warga setempat, terlebih korban ditemukan dengan kondisi luka lebam dibagian dada, muka dan keluar darah. Pada saat ditemukan korban menggunakan kemeja motif batik, jaket warna biru sera celana traning sekolah warna biru list kuning.
Meski banyak beredar Muhammad adalah diduga menjadi korban perang sarung. Namun, dari keterangan Lurah Cirendang Kuswara, korban dulunya mempunyai riwayat penyakit epilepsi.
"Dulu ketika SD mempunyai penyakit tersebut namun setelah SD tidak pernah kambuh," ujarnya.
Mengenai informasi penemuan mayat, ia mengaku baru mengetahuinya pada pukul 06.00 WIB ketika akan berangkat ke kantor. Dari informasi korban bersama rekan-rekannya kerap berkumpul di depan masjid sebelum berkeliling membangunkan warga sahur.
"Saya pribadi tidak mengetahui seperti apa kronologinya, tahu-tahu korban sudah ditemukan menjadi mayat diarea pemakaman," jelasnya.
Ia membenarkan ditubuh korban ada luka lebam dari bagian dada ke atas, tapi tidak diketahui penyebabnya apa karena sesuatu atau memang dari penyakitnya.
Dari keterangan pihak keluarga, korban sempat mempunyai penyakit epilepsi. Namun, semenjak SMP tidak pernah kambuh lagi," tandasnya.
Sementara itu, pihak keluarga tidak mau jenazah anaknya di otopsi. Mereka iklas menerima kejadian ini yang merupakan bagian dari takdir.
Ditempat berbeda, Kapolsek Kuningan Kompol Bambang Poernomo kepada wartawan menyebutkan, kasus ini masih dalam penyelidikan, sehingga tidak bisa memberikan keterangan sebelum beres penyelidikan
Meninggalnya Muhammad Hilman Herdiana (14) menjadi duka mendalam bagi Disdikbud Kuningan. Di Halam IG resmi Disdikbud ucapan belasungkawa disampaikan. .(rdk)
Posting Komentar untuk "Hasil Otopsi Ada Luka di Dahi, Pipi dan Lengan Siswa SMPN 1 Cigugur, Kapolres Sebut Itu Bukan Penyebab Kematian"