Loading...

Penghasilan Dari Obrog Bisa Beli Motor Bekas

 

KUNINGAN (OKE)- Obrog tidak bisa dipisahkan dari bulan puasa. Dulu tugasnya membangunkan warga untuk sahur dengan alat genjring atau seadanya. Namun, kini bertransformasi dengan alat yang lebih modern dan bahkan diiringi  dengan penyanyi.

Dari hasil pengamatan kuninganoke.com, dalam satu dusun bisa ada satu hingga 4 grup obrog yang membangunkan warga. Ternyata jasa mereka dalam membangunkan warga mendapatkan imbalan pada menjelang lebaran.

Beberapa grup obrog yang kuninganoke.com wawancarai dari hasil obrog cukup lumayan. Salah satunya dari pengakuan Roy Bebek Jambul warga Desa Citenjo Kecamatan Cibingbin.

"Kalau penghasilan bulan puasa tahun sekarang belum dihitung karena belum beres. Untuk pendapatan tahun lali Rp7.687.000," ujar Roy yang selama ini dikenal sebagai reporter voli yang tengah naik daun di Kuningan dan wilayah perbatasan Jabar-Jateng.

Pendapatan itu kata pria yang juga PNS di Pemkab Kuningan, merupakan pendapatan kotor karena harus dikurangi dengan biaya operasional yakni sewa sound system, bahan bakar, konsumi personil obrog, sehingga bersih hanya dapat Rp1.876.000.

Uang sisa Rp1.876.000 itu kata Roy masuk ke kas dan dilaporkan pada saat salat Idul Fitri. Biasanya uang digunakan untuk membeli alat-alat atau juga memperbaiki alat yang rusak.

Saat ini yang belum bisa dibeli adalah sound sytem, sedangkan alat yang lain sudah dibeli. Hal ini dari uang yang dihasilkan dari obrog yang selama ini turun temurun dan berlangsung puluhan tahun.

"Kalau di kami ada istilah ngarayuda atau pemungutan beras di siang hari dan sore yang diambil satu  minggu sekali. Ini upah yang kami peroleh selama seminggu membangunkan warga," tandasnya lagi.

Bagaimana penghasilan bagi personil? Menurut Roy, dari  uang saweran atau  lalaguan (meminta lagu). Selain, itu juga dari  Ketua RT selalu memberikan uang makan sahur untuk personil obrog.

Dari uang itu dikumpulkan dan nanti dibagi rata kalau sudah selesai melaksanakan obrog selama satu bulan. Total ada 40 anggota yang tergabung dan mereka kebanyakan anak muda.

Untuk bagi hasil lanjut Roy, semua rata kebagian  bahkan anak-anak yang membawa kabel pun sama medapatkan haknya. Karena memang ini untuk kebersamaan. 

"Kan di kami total ada 20 RT dan grup kami membangunkan di blok desa atau 10 RT. . Biasanya kami berangkat dari jam 1 malam dan keliling desa. Alhamdulillah selama ini tidak ada komplen dari warga. Sebab, mereka menjadikan obrog sebagai sarana hiburan," ucap Roy.

Terpisah, Bung Mehong Tokoh Pemuda Dusun Manis Desa Kertawinangun Kecamatan Cidahu menyebutkan, pendapatan obrog dalam sebulan Rp6 juta. Jumlah itu hasil kalkulasi dari beras dan uang diperoleh warga.

"Niat kami mah membantu warga, tidak fokus mencari imbalan. Besar kecil pendapatan itu mah bonus. Adaya obrog bukan hanya membuat warga terbantu tapi juga aman karena kondisi desa menjadi ramai di malam hari," ujarnya,

Sekadar informasi, setiap ramadhan di Kabupaten Kuningan selalu ramai dengan hadirnya  obrog. Jasa membangunkan warga untuk sahur  itu menjamur. Bahkan tiap tahun warga lebih kreatif karena alat musik yang digunakan  semakin lengkap. 

Banyak yang tidak mengetahui bagaimana sejarah obrog ada di Kabupaten Kuningan. Kegiatan membangunkan warga pada saat sahur memang ada di tiap daerah tapi beda-beda dan alat yang digunakan pun beragam.

Menurut Pemerhati Sejarah Kuningan N'ding Masku, dulu tidak ada obrog yang ada jidur. Jidur itu adalah genjring sahur dan jidur sudah ada sejak lama. Sedangkan obrog sendiri baru muncul sekitar tahun 2000-an.

Jidur kata Nding sudah ada sejak tahun 1826 dan fungsinya sama dengan obrog yakni membangunkan warga yang akan melaksanakan sahur. Meski Belanda menjajah Indonesia, jidur diperbolehkan mentas dan bebas dilakukan di kampung-kampung.

Bagi warga kehadiran jidur sangat menghibur karena menjadi hiburan murah meriah. Tapi sayang pada saat Zaman Jepang jidur sempat dihilangkan karena banyak warga yang dipaksa untuk romusa atau kerja paksa oleh tentara Nipon.

Menurut pria yang sering aprak-aprakan mencari sejarah Kuningan itu, jidur kembali bisa dipertunjukan pada tahun 1944 sempai sekarang. Tradisi obrog sendiri merupakan tradisi dari Tasikmalaya, Garut, Bandung dan Sukabumi.

"Saya tegaskan obrog itu bukan tradisi Kuningan tapi luar Kuningan yang diperkenalkan ke kota kuda. Sebenarnya hingga sekarang jidur pun masih ada yang menggunakan namun karena latah maka mereka menggunakan pengeras suara," tandasnya.

Dikatakan, obrog sendiri alat yang digunakan berbeda dengan genjring, karena pada jamaan sekarang ini banyak yang menggunakan gitar listrik, organ, gendang dan juga alat pengiring lain.

Ditanya kenapa warga lebih mengenal obrog dari pada jidur? Menurut Nding karena alat yang digunakan berbeda dan juga ditambah dan karena latah maka mereka lebih memilih nama obrog.

Sekadar informasi untuk di satu dusun atau perumahan grup obrog minimal ada 3 kelompok. Pada saat menjelang lebaran mereka biasa mendatangi rumah-rumah warga untuk meminta imbalan. Ada yang memberi uang tidak sedikit juga beras.(rdk) 




Posting Komentar untuk "Penghasilan Dari Obrog Bisa Beli Motor Bekas"