Loading...

Mengenal Budaya Mungkur di Bubulak, Bentuk Syukuran yang Sempat Vakum Selama 12 Tahun

 

KUNINGAN (OKE)- Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budaya. Begitu juga dengan warga Dusun Bubulak Desa Sidaraja Kecamatan Ciawigebang. Mereka terus melestarikan budaya peninggalan jaman dahulu yang sarat dengan makna.

Salah satu budaya yang terus dipertahankan adalah Mungkur. Mungkur  adalah salah satu adat budaya Sunda di Desa Sidaraja lebih tepatnya di blok Puhun RT 11 /12.

Mungkur ini sudah menjadi syukuran bumi tatanan, pertanian, ada juga di dalam Mungkur yaitu mapag beuti, dan ngais pare dari sawah ke warga atau  ke palemburan.  Di dalam Mungkur juga ada doa tolak bala untuk keselamatan Desa sidaraja Kampung Bubulak dari marabahaya.

Selain itu juga agar  para petani tidak terkena hama di sawah ketika mereka bercocok tanam.  Mungkur ini pernah  vakum atau pernah tidak dijalankan di 2009 sampai dengan 2021 selama 12 tahun tidak dijalankan.

Memasuki tahun 2021 kembali digelar dan hingga sekarang 2024, warga akan  terusnya  menjalankan dengan kesepakatan yang dipimpin oleh Kang Rafly Zulfikar, yang dulunya dipimpin oleh Abah Lurah Puhun atau ( Abah Duki Bubulak ).

Setelah beliau wafat tidak diteruskan lagi,  dan 3 tahun ke belakang diteruskan oleh Kang Rafly Zulfikar. Adat budaya Mungkur ini lebih tepatnya adalah doa tolak bala, dan syukuran tatanen masyarakat dikarenakan kampung Bubulak  bermayoritaskan petani.

Dengan  budaya Mungkur ini untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah SWT dengan cara budaya dan menguatkan pondasi-pondasi Sunda di era globalisasi. poin di dalam Mungkur adalah rasa berterima kasih kepada leluhur telah mempersiapkan ilmu tatanan.

Kemudian, ilmu menanam padi, ilmu menjaga kampung, ilmu menjaga sawah, dan ilmu berkebun yang diajarkan oleh para leluhur kepada masyarakat, berterima kasih kepada leluhur dengan cara syukuran Mungkur. 

Warga selalu ingat dengan pepatah,   giliran nu ngora nu nga budaya, giliran nu ngora mimpin nagara. Lamun teu ku urang rek kusaha, leutik ngaraji,  ngora ngaraja, kolot ngarejo.(rdk)

Posting Komentar untuk "Mengenal Budaya Mungkur di Bubulak, Bentuk Syukuran yang Sempat Vakum Selama 12 Tahun"